BATU ASAH ART EDUCATION

Batu asah adalah komunitas nir-laba yang bergerak dalam bidang pendidikan seni, khususnya seni rupa. Batu asah berdiri 2007 diKotagede, Yogyakarta.
Berangkat dari cara pandang dan kegelisahan yang sama dalam melihat permasalahan pendidikan seni rupa, kami berupaya membuat sebuah ruang study alternatif yang lebih terbuka. Beberapa agenda yang telah kami lakukan seperti diskusi, workshop dan pameran. Selain itu kami akan terus bekerja sama dengan beberapa institusi dan komunitas di luar seni rupa yang nantinya dapat untuk mencetak formula dan konsep dalam menggembangkan pendidikan seni rupa.



12/06/13

PAMERAN TAFSIR MIMPI BATU ASAH


Bentara Budaya Jogjakarta 14-20 juni 2013


“TAFSIR MIMPI”
(Prolog Pameran Seni Rupa Kelompok Batu Asah)
Pola yang diturunkan dari waktu ke waktu. Mimpi menggerakkan manusia untuk melakukan sesuatu. Mimpi menguatkan keyakinan seseorang untuk melanjutkan atau membatalkan suatu hajat. Mimpi bahkan menuntun seseorang untuk bertindak di luar kebiasaan umum. Mimpi, yang notabene berada di wilayah pikiran menuntun langkah mereka di dunia nyata, dunia kehidupan. Mimpi telah menciptakan jalan dan membangun kehidupan manusia. Singkatnya, mimpi mengarahkan kehidupan manusia.
Perbedaan mencolok terjadi pada orang-orang masa sekarang. Orang-orang yang terkenal dengan kemodernan mereka ini cenderung menolak petunjuk yang dibawa mimpi. Manusia modern, dengan segenap kemampuan dan keahlian mereka cenderung menciptakan mimpi. Mimpi-mimpi ciptaan mereka ini dihadirkan dalam wujud rumah, mobil, gadget tercanggih, hingga wisata ke penjuru dunia. Mereka menciptakan mimpi-mimpi dan tergopoh-gopoh mewujudkannya. Dalam hal ini, manusia mengarahkan mimpi-mimpi mereka. Diarahkan ataupun mengarahkan, mimpi tetap saja lekat dengan manusia.
Mimpi begitu lekat dengan misteri. Oneirologi sebagai satu ilmu pengetahuan yang mempelajari mimpi telah melakukan banyak penelitian terkait mimpi. Namun tetap saja, pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala manusia tak pernah bisa tuntas dibahas. Sebenarnya, apa tujuan diciptakannya mimpi? Apa benar mimpi diturunkan sebagai pedoman? Jangan-jangan mimpi hadir sebagai ujian? Ada yang bilang, mimpi itu datang serupa film yang kita tonton di televisi. Tapi televisi yang mana? Televisi zaman dulu yang hanya berwarna hitam dan putih atau televisi zaman sekarang yang sudah berwarna?
Pertanyaan-pertanyaan ‘konyol’ seperti tersebut di atas, melatarbelakangi keenam seniman yang tergabung dalam komunitas Batu Asah (Dhidhik Dhanardhono, Fajar Khunting, Vani HR, Ismu Ismoyo, Rio Humansyah Ali, dan Rosi Fidiansyah) menggulati mimpi, sesuatu yang mungkin telah mengarahkan mereka, atau mungkin juga telah mereka arahkan. Keenam seniman ini meyakini, mimpi adalah ladang visual luas yang tak akan habis dieksplorasi. Selamat menafsir mimpi.