BATU ASAH ART EDUCATION

Batu asah adalah komunitas nir-laba yang bergerak dalam bidang pendidikan seni, khususnya seni rupa. Batu asah berdiri 2007 diKotagede, Yogyakarta.
Berangkat dari cara pandang dan kegelisahan yang sama dalam melihat permasalahan pendidikan seni rupa, kami berupaya membuat sebuah ruang study alternatif yang lebih terbuka. Beberapa agenda yang telah kami lakukan seperti diskusi, workshop dan pameran. Selain itu kami akan terus bekerja sama dengan beberapa institusi dan komunitas di luar seni rupa yang nantinya dapat untuk mencetak formula dan konsep dalam menggembangkan pendidikan seni rupa.



24/06/09

Pameran Tunggal, FJ Kunthing Matahari 9483 "SELF DIAGNOSE "


Tempat : balai desa Balerejo,Rt 052 Rw 05. Muja muju Yogyakarta
Waktu : 26- 29 Juni 2009
Opening : Jum'at 26 juni 19.oo wib

Rambu rambu sejarah itu bernama waktu…… setiap marka menyimpan jejaknya sendiri dan sejarah memang tak pernah menyimpan. Masa itu berlalu begitu cepat maka beruntunglah ia yang sempat menghitungnya, menandainya dan berbuat untuk segala sesuatu di dalamnya.

Waktu adalah sesuatu yang amat penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan ini, manusia mengenal dimensi waktu, yaitu suatu dimensi yang mengikat kehidupan setiap makhluk kemanapun dia beraktifitas.
Seni berkaitan dengan konsepsi ruang, waktu dan keadaan. Di Jawa disebut desa mawa cara, sedangkan di Bali disebut desa kala patra. Hal ini diartikan sebagai penyesuaian diri dengan tempat, waktu dan keadaan. Disini seni diperlukan sebagai potensi untuk mengembangkan diri sendiri.. Konsepsi ini memberi landasan yang luwes kepada seniman dalam berhubungan ke luar maupun ke dalam, dan menerima perbedaan dan variasi menurut faktor tempat, waktu dan keadaan. Di zaman sekarang, ketika seni rupa (art) tidak lagi bisa dipandang sederhana, memahami seni tidak mungkin diukur dengan satu nalar tunggal (pengetahuan umum atau connaisssance), karena kreatifitas serta perjuangan seni rupa tidak hanya terbatas pada hasil karya saja tapi prosesnya. Bagaimanakah pandangan diatas dimaknai dalam proses berkesenian.

“ Waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali dan tidak dapat diganti”

Kata kata diatas bisa menjadi sesuatu yang menarik. Seseorang menandai bayanganya sendiri sementara kreatifitas melaju seperti matahari, disinilah saya melihat arti plus dari sebuah moment sangat bagi seorang seniman.
Moment (karena ini sudah jadi bahasa Indonesia, boleh juga ditulis “momen”) memiliki beberapa pengertian. Dalam bahasa Inggris, “moment” dapat didefinisikan sebagai “very brief period of time” atau “exact point in time.” Sedangkan dalam bahasa Indonesia, momen dimengerti sebagai “waktu yang pendek” atau “saat.”
Bagaimana dengan momentum? Dalam bahasa Inggris, momentum dimengerti sebagai “force that increases the rate of development of a process.” Sedangkan dalam bahasa Indonesia, momentum adalah “sifat benda bergerak” atau boleh juga dipahami sebagai “gerakan.” Karakteristik dari momentum adalah terdapatnya suatu daya atau upaya, lalu adanya gerakan (sebagai kontras dari sesuatu yang bersifat statis atau monoton) dan tentu saja harus ada pula arah dan tujuan. Sebab bukankah setiap benda yang bergerak pasti ada arah gerakannya? Termasuk dalam karakteristik suatu momentum yang saya lihat adalah adanya pembangunan (development) atau boleh juga ditafsirkan sebagai progress (kemajuan) serta adanya suatu proses.

Dari penjabaran terhadap arti kata moment dan momentum, kita dapat melihat bahwa kedua kata itu memang jelas memiliki pengertian yang jauh berbeda, sekalipun cara melafalkannya terdengar hampir sama. Lalu, apa arti penting semuanya itu? Saatnya seniman mencatat, mengores dan memindah apa yang telah ditandai ke dalam sebuah karya.
Sesuatu keadaan yang monoton bisa tidak lagi berati diam, penderitaan bisa dimaknai sebagai kebahagiaan dan sebaliknya. Karena seniman adalah (dinamis) tinggal bagaimana dia menandai dan memaknai setiap langkahnya. Mengendapkan dengan akal budi dan menghadirkan ke publik sebagai sebuah karya seni . Kompleksnya permasalahan adalah gudang ide dan carut marutnya kehidupan adalah lahan garapan yang membuat seniman dapat bertahan.

Dalam surat suratnya Van Gogh…..menuliskan kepada Theo adiknya “Engkau mungkin muda atau tua, namun senantiasa akan ada masa kau kehilangan kepala mu sendiri. Maka aku tak meminta padamu untuk bilang padaku, bahwa tak ada sesuatu yang salah
denganku, atau bahwa aku tak akan pernah menjadi sinting.